Internet
kini sudah menjadi bagian penting dalam keseharian umat manusia. Namun, tidak
semua menyadari, yang diketahui tentang internet ternyata hanyalah bagian yang
sangat kecil.
“Apa yang terlihat dari web
saat ini bagaikan ujung gunung es,” ujar Anand Rajaraman, salah satu pendiri
Kosmix, sebuah situs pencari untuk Deep Web (DW), bagian terdalam dari World
Wide Web (WWW) yang tak tampak di situs pencari biasa.
Mungkin berlebihan
membandingkan akses internet masa kini dengan ujung gunung es. Tapi Rajaraman
sepertinya tahu apa yang ia bicarakan. Tapi pertanyaannya, bagaimana bisa apa
yang kita ketahui dari internet hanyalah porsi kecilnya?
DW merupakan bagian dari
internet yang tak terlihat. Tempat itu tak bisa diakses oleh situs pencari
terbesar dunia, Google, yang memang tidak didesain untuk menjelajah sisi
‘gelap’ internet. Memang, sisi gelap itu aksesnya juga terbatas.
Menurut Periset Keamanan
Internet di McAfee, Alfonso Munoz, DW terdiri dari informasi dalam jumlah besar
yang telah diunggah ke internet. Namun untuk alasan teknis, informasi itu tidak
dimasukkan dalam katalog.
“Informasi-informasi
tersebut tidak di-update oleh mesin-mesin pencari,” ujarnya.
Berbagai studi menyatakan,
DW merupakan 90% dari internet yang kita kenal selama ini. Mereka yang
menggunakan internet saat baru diciptakan, sebelum ada mesin pencari dan portal
web, navigasi di DW bagaikan kenangan masa lalu.
Membutuhkan lebih dari
sekadar ilmu komputer dan harus menuliskan dengan tepat situs yang dicari,
simpan di bookmark karena tak mudah mengingat laman dengan URL ribet seperti
SdddEEDOHIIDdddgmomiunw.onion, satu hal yang umum di teritori tersebut.
Sejarah DW kembali pada 1994
yang ketika itu dikenal sebagai ‘Hidden Web’. Namanya diganti menjadi DW pada
2001. Beberapa meyakini, sejarah DW bermula di era 1990-an, saat ‘Onion
Routing’ diciptakan.
“Penciptanya adalah Naval
Research Laboratory milik Amerika Serikat (AS), yang merupakan langkah awal
Proyek Tor,” lanjut Munoz.
Proyek Tor (The Onion
Router), merupakan portal utama DW. Informasi pengguna dienkripsi di tempat ini
dalam lapisan-lapisan seperti bawang atau onion dalam Bahasa Inggris. Informasi
itu kemudian dikirimkan ke jaringan server relawan di seluruh dunia.
Dengan teknik ini, nyaris
mustahil untuk melacak pengguna atau informasi yang mereka sebarkan. DW
menawarkan hal tersebut, anonim dan kebebasan yang dari tahun ke tahun
bertransformasi jadi makin gelap dan nyaris tak bisa dihuni.
Infromasi yang berada di
dalamnya tak begitu banyak dieksplorasi dan bisa menjadi host segala macam hal.
Mulai dari konten biasa saja hingga yang paling tak masuk akal. Di dalam DW,
intranet pribadi dilindungi kata kunci (password).
Tak hanya itu, format
dokumen yang tak bisa diindeks, ensiklopedia, kamus, jurnal dan banyak hal
lainnya juga terlindungi. Sayangnya, tak hanya berhenti di sini. Sifat
misterius DW menjadikannya rumah bagi aktivitas gelap.
Penjahat cyber bersembunyi
di DW dengan forum-forum pribadi yang aksesnya terbatas. Banyak pengguna
internet sudah biasa berada di dalam DW. Mengunduh musik ilegal, menyaksikan
film terbaru gratis, atau memesan obat resep dan menjualnya kembali.
Hal-hal itu amat sepele
rasanya dibandingkan kejahatan via cyber yang lebih mengkhawatirkan seperti
pornografi anak, perdagangan senjata dan narkoba, pembunuh bayaran, pekerja
seks komersial, terorisme dan banyak lagi.
“Anda bisa menemukan situs
yang menjual kartu kredit curian, tim yang mengkloning kartu kredit via ATM,
penjual kokain dan banyak lagi di dalam DW,” ujar Direktur Tim Analisa
Kaspersky Lab, Dmitry Bestuzhev.
Menghentikannya amat sulit.
Meski aparat keamanan seluruh dunia sukses membongkar berbagai kejahatan
kriminal dan mencegat transaksi ilegal secara online, memusnahkan jaringan atau
melacak penggunanya teramat sulit.
Tentu, penggunaan DW tak
melulu untuk kejahatan karena banyak yang merasa terbantu. Misal, mereka yang
merasa terancam atau selalu diawasi pemerintah. Dan baru-baru ini, dunia
menyaksikan salah satu pengguna DW mendunia: WikiLeaks.