Banyak wanita berpikir bahwa
mengonsumsi pil diet bisa jadi cara instan untuk menurunkan berat badan. Namun
sayangnya pada kasus wanita ini, karena terlalu bersemangat meminum pil
tersebut, ia divonis hanya bisa hidup paling lama 10 tahun lagi. Tragis.
Michelle Rumsey wanita berusia 46 tahun dengan tinggi 165 cm dan berat 60 kg merasa dirinya kelebihan berat badan, terutama di bagian perut, pinggang dan pinggul. Lemak mengganggu tersebut membuat dirinya menelusuri internet untuk mendapatkan solusi cepat menyingkirkannya.
Keputusannya ini ternyata membawa malapetaka. Dilansir oleh Dailymail, ia kini telah ketagihan obat tersebut selama empat tahun. Setelah didiagnosa oleh dokter spesialis, jantungnya pun mengalami gangguan dan divonis hanya bisa hidup paling lama 10 tahun lagi.
"Aku marah dan depresi karena divonis mati, tidak pernah terpikir olehku pil-pil tersebut bisa sangat berbahaya," ujarnya. Ephedrine adalah pil yang dikonsumsinya, namun secara medis, obat tersebut dijual umum di Inggris dan tidak perlu resep dokter.
Obat tersebut ternyata dianjurkan sebagai penyembuh flu dan demam, namun diskusi di internet menyebutkan bahwa banyak wanita menyalahgunakannya sebagai obat diet yang manjur dan cepat kerjanya. Bahkan dalam beberapa kasus, banyak jenis obat ini yang dipesan secara online dan tidak diketahui kejelasannya.
Dr Ian Campbell, mantan Direktur National Obesity Forum memperingatkan bahwa pengobatan secara instan tidak pernah benar. Bahkan metode pelangsingan cepat pun tidak dianjurkan. Michelle yang berasal dari Suffolk, Inggris, tergolong sehat saat masih berusia 30 tahun. I juga tidak pernah berpikir akan menempuh jalan tersebut.
Ternyata setelah diteliti, obat flu yang disalahgunakan menjadi pil diet tersebut hanya boleh dikonsumsi dalam jangka pendek. Namun Michelle mengonsumsinya selama empat tahun dan menimbulkan komplikasi jantung. Kini dirinya harus mengonsumsi tujuh jenis obat jantung untuk menjaga sistem tubuh, terutama jantungnya tetap bekerja.
Michelle Rumsey wanita berusia 46 tahun dengan tinggi 165 cm dan berat 60 kg merasa dirinya kelebihan berat badan, terutama di bagian perut, pinggang dan pinggul. Lemak mengganggu tersebut membuat dirinya menelusuri internet untuk mendapatkan solusi cepat menyingkirkannya.
Keputusannya ini ternyata membawa malapetaka. Dilansir oleh Dailymail, ia kini telah ketagihan obat tersebut selama empat tahun. Setelah didiagnosa oleh dokter spesialis, jantungnya pun mengalami gangguan dan divonis hanya bisa hidup paling lama 10 tahun lagi.
"Aku marah dan depresi karena divonis mati, tidak pernah terpikir olehku pil-pil tersebut bisa sangat berbahaya," ujarnya. Ephedrine adalah pil yang dikonsumsinya, namun secara medis, obat tersebut dijual umum di Inggris dan tidak perlu resep dokter.
Obat tersebut ternyata dianjurkan sebagai penyembuh flu dan demam, namun diskusi di internet menyebutkan bahwa banyak wanita menyalahgunakannya sebagai obat diet yang manjur dan cepat kerjanya. Bahkan dalam beberapa kasus, banyak jenis obat ini yang dipesan secara online dan tidak diketahui kejelasannya.
Dr Ian Campbell, mantan Direktur National Obesity Forum memperingatkan bahwa pengobatan secara instan tidak pernah benar. Bahkan metode pelangsingan cepat pun tidak dianjurkan. Michelle yang berasal dari Suffolk, Inggris, tergolong sehat saat masih berusia 30 tahun. I juga tidak pernah berpikir akan menempuh jalan tersebut.
Ternyata setelah diteliti, obat flu yang disalahgunakan menjadi pil diet tersebut hanya boleh dikonsumsi dalam jangka pendek. Namun Michelle mengonsumsinya selama empat tahun dan menimbulkan komplikasi jantung. Kini dirinya harus mengonsumsi tujuh jenis obat jantung untuk menjaga sistem tubuh, terutama jantungnya tetap bekerja.