Banyak cara yang dapat
dilakukan untuk mengumpulkan dana sebagai bentuk kepedulian terhadap
orang-orang yang kurang beruntung, mulai dari aksi peduli hingga pernyataan
sikap yang bagi sebagian orang dianggap 'tak wajar'. Tak jarang, beberapa aksi
kepedulian yang dianggap 'tak wajar' tersebut justru menimbulkan protes keras
dari para pemerhati.
Seperti yang dikutip Daily Mail, 15 anggota klub dayung putri dari Warwick University ini mendapat kritik pedas dari para blogger yang tergabung dalam perwakilan kaum feminis di Inggris, karena pose-pose semi-telanjang mereka di sebuah kalender.
Dalam sebuah blog di situs Huffington Post, Layla Haidrani, seorang mahasiswi Kent University yang mengaku sebagai aktivis feminis mengatakan bahwa konsep di kalender amal dari kelompok pendayung putri, yang berpose semi-telanjang dengan tongkat dayungnya tersebut tidak terlihat sebagai aksi untuk penggalangan dana amal dan sangat norak.
"Meski banyak yang berpendapat bahwa hal itu adalah murni untuk tujuan penggalangan dana, menurut tim olahraga saya di kampus, mayoritas perempuan yang berpartisipasi tersebut dibuat tak sadar dan tidak peduli aksi mereka adalah untuk kegiatan amal. Sebaliknya, mereka hanya melihatnya sebagai kesempatan untuk mendapatkan ketenaran," tulisnya.
Menurut Haidrani, wanita dalam kalender tersebut hanyalah korban, dan sebenarnya mereka harus dibantu karena wanita akan terus-menerus dipandang sebagai objek seks dan sesuatu yang bisa 'dijual-beli'.
Namun Hettie Reed, salah seorang mahasiswa Warwick yang juga menjadi model di kalender amal membantah pernyataan tersebut dan mengatakan bahwa kegiatan itu semata-mata hanya untuk kegiatan amal dan sama sekali tidak bermaksud merendahkan siapa pun.
"Kegiatan amal ini dipilih karena ibu dari salah satu tim kami memiliki kanker payudara dan membantu beberapa wanita lainnya yang secara tidak langsung telah terkena kanker. Semua ini kami lakukan hanya ingin mendukung mereka dan beramal," jelasnya.
Hettie juga sempat menyatakan kekecewaannya kepada beberapa orang yang menggambarkan kalender tersebut sebagai kemunduran bagi perempuan. "Berbicara menjadi seorang feminis adalah berarti keinginan untuk mendapatkan perlakukan yang sama seperti yang pria dapatkan. Dengan begitu, setiap wanita adalah feminis." katanya lagi.
Kalender jenis ini sebenarnya bukanlah kalender pertama yang diproduksi oleh Klub Dayung Warwick University. Selama 4 tahun terakhir, klub dayung putra telah membuat kalender amal tersebut, bahkan membuat sebuah video behind the scene yang diberi nama 'Brokeback Boatroom'. Ini adalah produksi kalender amal pertama dari tim putri.
Hasil dari penjualan kalender nantinya akan didonasikan kepada Macmillan Cancer Support, yaitu sebuah organisasi amal terbesar di Inggris, yang menyediakan bantuan berupa penyediaan spesialis perawat kesehatan, informasi dan dukungan finansial kepada orang-orang yang terkena kanker.
Seperti yang dikutip Daily Mail, 15 anggota klub dayung putri dari Warwick University ini mendapat kritik pedas dari para blogger yang tergabung dalam perwakilan kaum feminis di Inggris, karena pose-pose semi-telanjang mereka di sebuah kalender.
Dalam sebuah blog di situs Huffington Post, Layla Haidrani, seorang mahasiswi Kent University yang mengaku sebagai aktivis feminis mengatakan bahwa konsep di kalender amal dari kelompok pendayung putri, yang berpose semi-telanjang dengan tongkat dayungnya tersebut tidak terlihat sebagai aksi untuk penggalangan dana amal dan sangat norak.
"Meski banyak yang berpendapat bahwa hal itu adalah murni untuk tujuan penggalangan dana, menurut tim olahraga saya di kampus, mayoritas perempuan yang berpartisipasi tersebut dibuat tak sadar dan tidak peduli aksi mereka adalah untuk kegiatan amal. Sebaliknya, mereka hanya melihatnya sebagai kesempatan untuk mendapatkan ketenaran," tulisnya.
Menurut Haidrani, wanita dalam kalender tersebut hanyalah korban, dan sebenarnya mereka harus dibantu karena wanita akan terus-menerus dipandang sebagai objek seks dan sesuatu yang bisa 'dijual-beli'.
Namun Hettie Reed, salah seorang mahasiswa Warwick yang juga menjadi model di kalender amal membantah pernyataan tersebut dan mengatakan bahwa kegiatan itu semata-mata hanya untuk kegiatan amal dan sama sekali tidak bermaksud merendahkan siapa pun.
"Kegiatan amal ini dipilih karena ibu dari salah satu tim kami memiliki kanker payudara dan membantu beberapa wanita lainnya yang secara tidak langsung telah terkena kanker. Semua ini kami lakukan hanya ingin mendukung mereka dan beramal," jelasnya.
Hettie juga sempat menyatakan kekecewaannya kepada beberapa orang yang menggambarkan kalender tersebut sebagai kemunduran bagi perempuan. "Berbicara menjadi seorang feminis adalah berarti keinginan untuk mendapatkan perlakukan yang sama seperti yang pria dapatkan. Dengan begitu, setiap wanita adalah feminis." katanya lagi.
Kalender jenis ini sebenarnya bukanlah kalender pertama yang diproduksi oleh Klub Dayung Warwick University. Selama 4 tahun terakhir, klub dayung putra telah membuat kalender amal tersebut, bahkan membuat sebuah video behind the scene yang diberi nama 'Brokeback Boatroom'. Ini adalah produksi kalender amal pertama dari tim putri.
Hasil dari penjualan kalender nantinya akan didonasikan kepada Macmillan Cancer Support, yaitu sebuah organisasi amal terbesar di Inggris, yang menyediakan bantuan berupa penyediaan spesialis perawat kesehatan, informasi dan dukungan finansial kepada orang-orang yang terkena kanker.