Adalah Am dan Ma, anak
kembar yang bekerja sebagai pembawa air di sebuah keluarga kaya. Setiap pagi
mereka akan membawa kaleng-kaleng berisi air ke rumah keluarga tersebut.
Am, adalah kembar tertua, ia
punya sifat yang angkuh, tak mau susah dan egois. Am tak pernah mau mengalah
dari Ma, adiknya. Apapun yang diingini harus tercapai, dan Am selalu ingin
semua benda yang dimilikinya adalah yang terbaik. Sampai-sampai, kaleng timba
miliknya yang sudah rusak ditukarnya dengan milik Ma untuk dipakai.
Sedangkan Ma, adalah adik
yang baik. Apapun yang diberikan kakaknya, ia terima dengan tersenyum dan tak
pernah marah. Dengan kaleng timba bocor milik Am, ia pun pergi bekerja tak
kenal lelah. Tak sedikitpun ia mengeluh, walaupun ia harus bolak balik dua kali
lebih lama dari kakaknya.
Seorang tetangga pernah
bertanya, mengapa Ma tak membeli kaleng timba baru saja. Namun, Ma bilang tak
punya uang. Penghasilannya selama ini digunakan sebagai biaya pengobatan ibunya
yang sakit keras.
Suatu hari, Am dan Ma
berangkat menimba air. Mengirimkannya ke tempat keluarga kaya seperti biasanya.
Di tengah jalan, Am bertanya pada Ma, "Mengapa kamu tetap terlihat bahagia
padahal kamu harus bekerja keras dengan kaleng yang reyot itu?" Kemudian
Ma menjawab dengan senyum dan suara lembut, "Tak apa kakak, aku senang
kok. Kaleng ini sangat berharga bagiku, ia banyak membantuku. Dan aku yakin,
sebentar lagi ia akan membawa keberuntungan besar," jawab Ma. Sang kakak
heran, mengapa adiknya itu begitu bodoh dan mau melakukan hal yang tak masuk
akal, ia juga sebal terhadap senyum Ma yang selalu terlihat tak ada beban itu.
"Bagaimana bisa kau bilang kaleng rusak itu membawa keberuntungan, kalau
aku jadi kamu, sudah kutendang kaleng itu jauh-jauh dan kubuang!" kata Am.
Kali ini, Ma berhenti sejenak, "Coba lihat di sekelilingmu, Kak. Apa yang
kau lihat?"
Am berhenti dan menikmati
pemandangan indah bunga-bunga di sepanjang jalan. Air yang selama ini menetes
dari kaleng timba bocor milik Ma lah yang telah menyirami semua bunga itu
hingga tumbuh subur dan indah. Esok hari, Ma akan memanen bunga itu dan
menjualnya ke kota. "Bukankah aku sangat beruntung, Kak..." kata Ma.
Ingatlah, tak semua
kekurangan itu buruk. Bisa jadi kekurangan yang Anda miliki adalah sebuah
kelebihan yang masih terbungkus rapi dan belum Anda buka...